Dibalik
tingkah lakunya yang individualisme tersebut, bak seorang pemimpin yang
memiliki karisma dan kewibawaan yang cukup tinggi. Rajah Gajah cukup disegani
oleh gajah-gajah betina. Pada saat masa perkawinan gajah tiba, tepatnya pada
bulan purnama. Para gajah betina mendekati Raja Gajah untuk melakukan proses
perkawinan.
Selama
proses perkawinan terjadi, bak tata cara perkawinan manusia. Gajah-gajah betina
tersebut memposisikan tubuhnya dengan posisi terlentang seperti halnya ketika
sepasang manusia sedang bersenggama. Dari tingkah lakunya yang cenderung
individualisme dan bagaimana keanehannya ketika melakukan proses
perkawinan dengan gajah-gajah betina tersebutlah yang konon menjadi daya tarik
oleh Suku Anak Dalam.
Menurut
ketua Suku Anak Dalam, proses perkawinan gajah tersebut merupakan proses ritual
yang sangat sakral. Konon dikutip dari cerita yang diberikan ketua suku, Gajah
Tunggal akan memilih salah satu dari para gajah betina untuk kemudian
dikawininya. Dan, usai proses perkawinan tersebut selesai sisa-sisa sperma atau
mani yang berceceran jatuh di tanah segera dikuburkan ke dalam tanah.
Proses
pengintaian yang dilakukan oleh Suku Anak Dalam bukan hanya sebatas mengamati
proses perkawinan Raja Gajah dengan para gajah betina. Mereka sengaja
memberikan tanda khusus dimana Raja Gajah menguburkan sisa-sisa sperma atau
mani yang berceceran.
Tujuan
diberikannya tanda khusus pada tempat dimana Raja Gajah menguburkan sperma atau
mani yang berceceran tersebut hanyalah sebatas pengingat semata. Berawal dari
ketidaksengajaan penggalian pada tempat dikuburkannya sperma atau mani gajah
yang dilakukan oleh Suku Anak Dalam, diketahuilah gumpalan semacam batu kristal
berwarna kekuningan dengan tingkat kekerasan bervariatif.
Ditemukannya
bongkahan batu semacam kristal pada tempat dikuburkannya sperma atau mani gajah
tersebutlah yang mengawali penggalian-penggalian tempat-tempat lainnya. Lamanya
waktu sperma atau mani gajah terpendam di dalam tanah, maka kekerasan sperma
atau mani gajah yang telah mengkristal tersebut akan lebih keras seolah-olah
menyerupai batu dengan karakteristik yang harus (tidak seperti batu sungai).
Berkembang
dari cerita-cerita yang diungkap oleh Suku Anak Dalam yang terkadang konon
dianggap mitos tersebutlah yang mengawali perjalanan sejarah atau asal mula
Batu Mani Gajah. Menurut para ahli spiritual, mani gajah yang telah mengkristal
tersebut memiliki energi spiritual yang cukup kuat. Banyak ahli spiritual yang
menafsirkan bahwa Batu Mani Gajah memiliki daya pengasihan yang cukup tinggi.
Sebagai
manusia yang telah diberkahi akal dan pikiran, jika dikaji secara logika yang
mendalam, perilaku gajah sangat patut kita jadikan contoh. Para ahli spiritual
pun menyarankan supaya manusia dapat mengimplementasikan perilaku gajah pada
kehidupan sehari-hari. Hal ini berlandaskan rasa dedikasi yang sangat tinggi
yang dimiliki oleh kelompok gajah.
Gajah
merupakan hewan yang hidup dalam kawanan yang terpimpin dengan baik, penuh
kesetiakawanan dan tenggang rasa serta saling menghormati satu sama lain. Gajah
juga dikenal memiliki ingatan yang sangat tajam dan naluri untuk melindungi
anak serta pasangannya. Hubungan antara gajah dengan sarana atau media
pengasihan sebagaimana yang sedang dibahas, gajah juga merupakan binatang yang
menganggap ritual perkawinannya sebagai sesuatu yang sangat sakral.
Anggapan
tersebut juga merujuk pada perangai gajah yang akan marah jika mengetahui
ritual perkawinannya dilihat atau diamati oleh makhluk lainnya (manusia). Baik
karena suatu sebab terkadang manusia memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi
untuk mengetahui tata cara perkawinan seekor gajah jantan dengan gajah betina.
Mungkin dikarenakan sebab seseorang menginginkan Batu Mani Gajah yang konon
diyakini manfaat atau barokahnya dalam memikat lawan jenis ataupun dengan
tujuan menjadikan Mani Gajah sebagai sarana pengasihan untuk menenteramkan
kehidupan rumah tangga dan mengharmoniskan hubungan suami istri.
Berkembangnya
informasi dari mulut ke mulut hingga ke pelosok, maka ada kewajaran bila Batu Mani
Gajah banyak diburu oleh ahli-ahli spiritual yang ingin memiliki tujuan
tertentu. Bukan hanya para ahli spiritual, mereka yang tengah dilanda suatu
masalah asmara dan asmara juga cukup berkeinginan untuk memiliki Mani Gajah
untuk dijadikan sebagai sarana atau media spiritual guna tujuan tertentu.