Minggu, 02 November 2014

Sejarah Mani Gajah

Sejarah Mani Gajah bermula dari Sumatra Selatan, tepatnya di Anak Suku Dalam (Kubu). Suku Anak Dalam adalah sekumpulan orang rimba yang merupakan suku bangsa minoritas yang tinggal dalam satu wilayah dengan habitat hewan yaitu gajah. Habitat atau sekumpulan gajah tersebut hanya ada seekor gajah jantan sangat besar yang disebut sebagai Raja Gajah. Raja gajah tersebut dominan disebut oleh Suku Anak Dalam sebagai Gajah Tunggal. Di sebut Gajah Tunggal karena Raja Gajah tersebut cenderung lebih suka berdiam diri (individual) dari pada bergerombol dengan habitat gajah-gajah lainnya.

Dibalik tingkah lakunya yang individualisme tersebut, bak seorang pemimpin yang memiliki karisma dan kewibawaan yang cukup tinggi. Rajah Gajah cukup disegani oleh gajah-gajah betina. Pada saat masa perkawinan gajah tiba, tepatnya pada bulan purnama. Para gajah betina mendekati Raja Gajah untuk melakukan proses perkawinan.

Selama proses perkawinan terjadi, bak tata cara perkawinan manusia. Gajah-gajah betina tersebut memposisikan tubuhnya dengan posisi terlentang seperti halnya ketika sepasang manusia sedang bersenggama. Dari tingkah lakunya yang cenderung  individualisme dan bagaimana keanehannya ketika melakukan proses perkawinan dengan gajah-gajah betina tersebutlah yang konon menjadi daya tarik oleh Suku Anak Dalam.

Menurut ketua Suku Anak Dalam, proses perkawinan gajah tersebut merupakan proses ritual yang sangat sakral. Konon dikutip dari cerita yang diberikan ketua suku, Gajah Tunggal akan memilih salah satu dari para gajah betina untuk kemudian dikawininya. Dan, usai proses perkawinan tersebut selesai sisa-sisa sperma atau mani yang berceceran jatuh di tanah segera dikuburkan ke dalam tanah.

Proses pengintaian yang dilakukan oleh Suku Anak Dalam bukan hanya sebatas mengamati proses perkawinan Raja Gajah dengan para gajah betina. Mereka sengaja memberikan tanda khusus dimana Raja Gajah menguburkan sisa-sisa sperma atau mani yang berceceran.

Tujuan diberikannya tanda khusus pada tempat dimana Raja Gajah menguburkan sperma atau mani yang berceceran tersebut hanyalah sebatas pengingat semata. Berawal dari ketidaksengajaan penggalian pada tempat dikuburkannya sperma atau mani gajah yang dilakukan oleh Suku Anak Dalam, diketahuilah gumpalan semacam batu kristal berwarna kekuningan dengan tingkat kekerasan bervariatif.

Ditemukannya bongkahan batu semacam kristal pada tempat dikuburkannya sperma atau mani gajah tersebutlah yang mengawali penggalian-penggalian tempat-tempat lainnya. Lamanya waktu sperma atau mani gajah terpendam di dalam tanah, maka kekerasan sperma atau mani gajah yang telah mengkristal tersebut akan lebih keras seolah-olah menyerupai batu dengan karakteristik yang harus (tidak seperti batu sungai).

Berkembang dari cerita-cerita yang diungkap oleh Suku Anak Dalam yang terkadang konon dianggap mitos tersebutlah yang mengawali perjalanan sejarah atau asal mula Batu Mani Gajah. Menurut para ahli spiritual, mani gajah yang telah mengkristal tersebut memiliki energi spiritual yang cukup kuat. Banyak ahli spiritual yang menafsirkan bahwa Batu Mani Gajah memiliki daya pengasihan yang cukup tinggi.

Sebagai manusia yang telah diberkahi akal dan pikiran, jika dikaji secara logika yang mendalam, perilaku gajah sangat patut kita jadikan contoh. Para ahli spiritual pun menyarankan supaya manusia dapat mengimplementasikan perilaku gajah pada kehidupan sehari-hari. Hal ini berlandaskan rasa dedikasi yang sangat tinggi yang dimiliki oleh kelompok gajah.

Gajah merupakan hewan yang hidup dalam kawanan yang terpimpin dengan baik, penuh kesetiakawanan dan tenggang rasa serta saling menghormati satu sama lain. Gajah juga dikenal memiliki ingatan yang sangat tajam dan naluri untuk melindungi anak serta pasangannya. Hubungan antara gajah dengan sarana atau media pengasihan sebagaimana yang sedang dibahas, gajah juga merupakan binatang yang menganggap ritual perkawinannya sebagai sesuatu yang sangat sakral.

Anggapan tersebut juga merujuk pada perangai gajah yang akan marah jika mengetahui ritual perkawinannya dilihat atau diamati oleh makhluk lainnya (manusia). Baik karena suatu sebab terkadang manusia memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi untuk mengetahui tata cara perkawinan seekor gajah jantan dengan gajah betina. Mungkin dikarenakan sebab seseorang menginginkan Batu Mani Gajah yang konon diyakini manfaat atau barokahnya dalam memikat lawan jenis ataupun dengan tujuan menjadikan Mani Gajah sebagai sarana pengasihan untuk menenteramkan kehidupan rumah tangga dan mengharmoniskan hubungan suami istri.

Berkembangnya informasi dari mulut ke mulut hingga ke pelosok, maka ada kewajaran bila Batu Mani Gajah banyak diburu oleh ahli-ahli spiritual yang ingin memiliki tujuan tertentu. Bukan hanya para ahli spiritual, mereka yang tengah dilanda suatu masalah asmara dan asmara juga cukup berkeinginan untuk memiliki Mani Gajah untuk dijadikan sebagai sarana atau media spiritual guna tujuan tertentu.

Apa yang Disebut Mani gajah?

Mani Gajah merupakan sarana atau media pengasihan yang akan memberikan Anda peluang untuk menjadi Magnet Cinta. Apa yang disebut dengan Magnet Cinta ? Merupakan istilah yang diperuntukan untuk setiap perseorangan dalam menarik lawan jenisnya sehingga bagian Anda yang memiliki permasalahan asmara akan dimudahkan jalannya dalam menemukan kekasih ataupun pendamping hidup.

Sebagaimana istilah pada umumnya, mani merupakan cairan berwarna putih yang mengandung jutaan sel sperma guna proses pembuahan. Mani Gajah atau Sperma Gajah merupakan sarana atau media spiritual yang memiliki daya pelet atau pengasihan tingkat tinggi sehingga lawan jenis yang menjadi sasaran atau target akan terpikat hatinya dengan Anda.

Diperuntukan bagi Anda yang memiliki permasalahan asmara, baik permasalahan-permasalahan seperti penolakan cinta, adanya pertengkaran antar pasangan, perselingkuhan dan susah memperoleh jodoh atau pendamping hidup. Bahkan, daya pengasihan nya yang cukup tinggi akan membantu segala urusan asmara seperti permasalahan asmara yang dilatarbelakangi ketiadaan restu dari orang tua atau keluarga dalam menjalin sebuah hubungan.

Adanya perjanjian atau ikatan yang dibuat antara klien dan ahli spiritual sering kali menjadikan alasan banyak orang untuk menunda niatnya dalam berkonsultasi tentang permasalahan yang dihadapinya guna menemukan pemecahan masalah atau jalan keluar. Berbeda dengan sarana atau media pengasihan yang diberikan oleh ahli-ahli spiritual pada umumnya. Mani Gajah bukan diperuntukan untuk kalangan tertentu, sarana atau media pengasihan ini diperuntukan bagi kalangan umum, terutama bagi mereka yang terjerat permasalahan asmara.

Baik berkeyakinan sebagai seorang muslim, nasrani ataupun lainnya, sarana pengasihan yang memiliki dua jenis bentuk yakni oil/minyak dan batu/kristal ini akan membantu pengamal dalam menyelesaikan permasalahan asmara yang dialaminya. Yang dimaksudkan dengan pengamal sendiri adalah orang-orang yang mempergunakan sarana atau media pengasihan Mani Gajah.

Selain tersohor akan manfaat gaib (yang tidak dapat dilihat) yang dimilikinya. Mani Gajah yang dapat Anda peroleh dari www.ManiGajah123.com juga telah melalui serangkaian pengisian doa-doa khusus dari Ustadz Ajib sehingga daya pengasihan yang dihasilkan lebih kuat dari sarana ataupun media pengasihan lainnya. Perlu Anda ketahui, Ustadz Ajib merupakan pengasuh sekaligus Ustadz di pesantren Alfalah Darussalam. Beliau dikenal sebagai sosok Ustadz senior karena segala pengetahuan yang dimilikinya dianggap mampu melampaui pengetahuan Ustadz-Ustadz senior lainnya yang berdiam di pesantren Alfalah Darussalam.

Minyak dan Batu yang terbuat dari hasil air mani atau sperma gajah yang mengeras sehingga berbentuk semacam gumpalan kristal tersebut telah dikembangkan oleh Ustadz Ajib sebagai sarana atau media pengasihan dalam mengatasi segala urusan asmara. Menurut hasil kajian yang dilakukan oleh Ustadz Ajib, dengan menyatukan fenomena-fenomena spiritual dan supranatural, maka daya pengasihan yang dihasilkan oleh sarana pengasihan tersebut akan jauh lebih kuat hingga 1000% persentase peningkatan daya pengasihan nya.